top of page

Nature-Based Solution untuk Ketahanan Perkotaan Indonesia

Gambar penulis: PSII IndonesiaPSII Indonesia

Isu Ketahanan Perkotaan

Ketahanan bencana perkotaan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan akibat faktor geografis, perubahan iklim, dan pesatnya urbanisasi yang tidak terkendali. Banyak kota, seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya, rentan terhadap banjir karena buruknya sistem drainase, alih fungsi lahan, serta eksploitasi air tanah yang menyebabkan penurunan permukaan tanah. Selain itu, kota-kota di daerah rawan gempa, seperti Padang dan Yogyakarta, sering mengalami kerusakan infrastruktur akibat masih banyaknya bangunan yang tidak memenuhi standar konstruksi tahan gempa. Permasalahan lain mencakup kepadatan permukiman kumuh di wilayah pesisir dan bantaran sungai yang memperbesar risiko bencana serta keterbatasan akses terhadap sistem peringatan dini yang efektif. Kurangnya integrasi antara kebijakan tata ruang, mitigasi bencana, dan kesiapsiagaan masyarakat juga memperburuk dampak bencana di perkotaan. Untuk meningkatkan ketahanan, diperlukan penguatan infrastruktur berbasis mitigasi, perbaikan tata kelola lingkungan, serta peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi risiko bencana.

 

Pendekatan Nature-Based Solution

Sebagai solusi, Nature-Based Solutions (NbS) menjadi pendekatan penting dalam meningkatkan ketahanan perkotaan dengan mengintegrasikan ekosistem alami ke dalam strategi mitigasi dan adaptasi bencana. Mengintegrasikan NbS di ruang publik dapat mengurangi intensitas urban heat island, mengurangi risiko banjir melalui peningkatan penyerapan dan kualitas tanah, menstabilkan lahan yang rawan erosi, meningkatkan efisiensi penggunaan air, melindungi dan meningkatkan keanekaragaman hayati, dan yang paling utama adalah dapat meningkatkan kualitas hidup manusia (UN Habitat, 2023). Dengan penerapan NbS yang terintegrasi dalam perencanaan tata ruang dan kebijakan perkotaan, kota-kota di Indonesia dapat menjadi lebih tangguh terhadap bencana dan berkelanjutan.

Penerapan NbS dalam pembangunan infrastruktur bertujuan untuk meningkatkan ketahanan kota terhadap bencana sekaligus menjaga keseimbangan ekologi. Salah satu contohnya, NbS dapat diterapkan dalam sistem drainase perkotaan melalui penggunaan sumur resapan, permeable pavement, dan taman air untuk mengurangi limpasan air hujan dan mencegah banjir. Dalam pengelolaan pesisir, hutan mangrove dan vegetasi pantai berperan sebagai perlindungan alami terhadap abrasi dan gelombang pasang. Di daerah rawan longsor, reforestasi dan terasering hijau dapat membantu menstabilkan tanah dan mencegah erosi. Selain itu, konsep atap hijau dan dinding hijau dapat diterapkan pada bangunan untuk meningkatkan insulasi termal, mengurangi efek panas perkotaan, serta meningkatkan efisiensi energi. Dengan mengadopsi NbS, pembangunan infrastruktur tidak hanya lebih tangguh terhadap bencana tetapi juga lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Oleh karena itu, integrasi NbS dalam perencanaan perkotaan dan infrastruktur harus menjadi prioritas untuk menciptakan kota yang lebih adaptif, resilient, dan berdaya saing di masa depan.

 

NbS Dalam Infrastruktur Berbagai Negara

Penerapan Nature-Based Solutions (NbS) dalam pembangunan infrastruktur telah dilakukan di berbagai negara sebagai strategi untuk meningkatkan ketahanan terhadap bencana sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.


A. Rotterdam, Belanda – Sistem Drainase Hijau

Gambar 1. Ilustrasi Sistem Drainase Hijau

 

Rotterdam menghadapi ancaman banjir akibat curah hujan tinggi dan kenaikan permukaan air laut. Untuk mengatasi masalah ini, kota ini menerapkan water squares—ruang publik yang berfungsi sebagai taman saat kering dan sebagai waduk penyerap air saat hujan deras. Selain itu, atap hijau dan sistem kanal terbuka juga diterapkan untuk meningkatkan daya tampung air hujan dan mencegah genangan berlebih di kawasan perkotaan.

 B. Singapura – Infrastruktur Hijau dan Kota Spons

Gambar 2. Ilustrasi Infrastruktur Hijau dan Kota Spons

 

Singapura mengadopsi konsep "City in a Garden", yang mengintegrasikan NbS dalam perencanaan kotanya. Dikenal karena pendekatan inovatifnya terhadap perencanaan perkotaan, Singapura telah mengintegrasikan infrastruktur hijau ke dalam lanskap perkotaannya, termasuk taman atap, tanaman hijau vertikal, dan bioswales. Fitur-fitur ini membantu mendinginkan kota, mengurangi efek pulau panas perkotaan, dan mendukung keanekaragaman hayati di lingkungan yang padat penduduk.

 

C. Tokyo, Jepang – Hutan Kota dan Perlindungan dari Panas Ekstrem

Gambar 3. Ilustrasi Hutan Kota

 

Tokyo menerapkan berbagai strategi berbasis teknologi dan lingkungan, termasuk penghijauan kota melalui pembangunan atap dan dinding hijau yang membantu menurunkan suhu permukaan bangunan serta meningkatkan efisiensi energi. Selain itu, kota ini memperluas ruang terbuka hijau, seperti taman kota dan koridor hijau, yang berfungsi sebagai penyerap panas dan meningkatkan sirkulasi udara. Tokyo juga mendorong penggunaan material reflektif pada permukaan jalan dan bangunan untuk mengurangi penyerapan panas serta mengembangkan sistem pendinginan distrik yang lebih efisien dalam menyalurkan energi pendingin ke berbagai gedung.

 

Upaya Pengoptimalan NbS

Untuk mengoptimalkan penerapan Nature-Based Solutions (NbS) dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, diperlukan pendekatan yang lebih strategis dan terintegrasi. Pemerintah harus mengintegrasikan NbS ke dalam perencanaan tata ruang dan regulasi perkotaan, memastikan adanya kebijakan yang mendukung pengembangan ruang hijau, restorasi ekosistem, serta infrastruktur berbasis alam. Selain itu, insentif finansial seperti subsidi, keringanan pajak, atau skema pendanaan hijau perlu diberikan kepada sektor swasta dan komunitas yang menerapkan NbS sehingga penerapan NbS dari sektor eksternal lebih maksimal. Tidak kalah penting, kesadaran dan partisipasi Masyarakat juga perlu ditingkatkan melalui edukasi, pelatihan, serta program berbasis komunitas agar masyarakat turut serta dalam perawatan dan pengelolaan infrastruktur hijau. Integrasi teknologi seperti GIS (Geographic Information System), IoT (Internet of Things), dan sistem pemantauan lingkungan harus dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas NbS dalam menghadapi perubahan iklim dan bencana perkotaan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat, NbS dapat menjadi solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan dalam membangun infrastruktur perkotaan Indonesia yang tangguh terhadap bencana.

 

Korespondensi Penulis

Andhika Dwipayana (dwipayanaandhika@gmail.com)

 

Daftar Literatur

  1. UN-Habitat (2023). The Critical Role of Nature-based Solutions for Enhancing Climate Resilience in Informal Areas.

  2. Nakamura, F. (2022). Green Infrastructure and Climate Change Adaptation: Function, Implementation and Governance. Springer

  3. Sponge cities: An approach to sustainable urban development and biodiversity conservation: Urban water management. (n.d.). Retrieved from https://arkance.world/in-en/resources/read/sustainability/sponge-cities 

  4. Hirano, Y., & Fujita, T. (2012). Evaluation of the impact of the urban heat island on residential and commercial energy consumption in Tokyo. Energy, 37(1), 371–383. doi:10.1016/j.energy.2011.11.018

 
 
 

Comentarios


© 2025 by Pusat Studi Infrastruktur Indonesia

bottom of page