top of page

PENELITIAN

WhatsApp Image 2020-08-17 at 15.59.13.jp

Meninjau Kembali Pemahaman Ketahanan terhadap Bencana di Perkotaan : Pelajaran yang didapat dari Pandemi COVID-19

Tantangan global perubahan iklim dan peningkatan risiko bencana kian mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk risiko transmisi virus ke manusia. Pada tahun 2020, pandemi COVID-19 secara global dirasakan sebagai kejadian yang tidak terduga, meskipun Flu Spanyol telah terjadi satu abad yang lalu (WHO, 2020).

PSII melakukan studi kualitatif untuk mengetahui perspektif masyarakat terdampak sebagai individu, kelompok masyarakat, dan organisasi atau entitas bisnis dalam menghadapi kejadian pandemi sebagai 'unprecedented event'. Hasilnya menunjukkan terdapat ambiguitas dari kejadian COVID-19 dalam perspektif bencana yang umumnya terkait dengan kejadian fisik, seperti gempa bumi, banjir, dan kekeringan. Kejadian COVID-19 membuat masyarakat secara cepat mengakuisisi pengetahuan dan kebiasaan baru. Kami melihat bahwa penanganan yang tidak koheren dan semrawut dapat menimbulkan rasa tidak aman bagi masyarakat, sebaliknya dengan memperhatikan konteks sosial, kapasitas dan perilaku masyarakat dapat mendukung terciptanya ketahanan di perkotaan- PSII 2020

Pengambilan keputusan pada kegiatan paska-bencana

Proses pengambilan keputusan pada saat penanganan paska bencana harus dilaksanakan secara cepat, dengan melibatkan jumlah institusi dan personal yang besar dari berbagai latar belakang dan keilmuan.

 

Belajar dari pengalaman bencana Palu 2018, temuan dari penelitian kami, terdapat beberapa tantangan: pengambilan keputusan yang ad-hoc dan chaotic, proses kebijakan yang lemah, pentingnya proses fasilitasi dan livelihood program, kebutuhan lahan hunian sementara yang sangat memerlukan intervensi pemerintah, dan hunian sementara yang tidak dimanfaatkan.

 

Pentingnya data dan akusisi pengetahuan secara cepat menjadi kunci dalam penanganan kegiatan paska bencana. Adanya platform desiminasi informasi yang dapat dimanfaatkan secara bersama dapat mendukung pelaksanaan kegiatan yang melibatkan banyak pihak dan institusi - dalam negeri maupun internasional - PSII 2020

 

Perencanaan kota hemat energi dan rendah karbon

 

Kota mengonsumsi energi secara masif. Hasil dari penelitian kami menunjukan korelasi positif antara luas kawasan perkotaan dengan jumlah energi yang dikonsumsi. Kota yang direncanakan dengan mengedepankan transportasi publik, ramah transportasi non-mesin serta kompak dapat mengurangi konsumsi energi fosil secara signifikan dan mampu mewujudkan kota rendah karbon - PSII 2019

 

Ibukota baru, peluang mewujudkan kota yang rendah karbon dan ramah energi 

 

Pemindahan dan rencana pembangunan ibu kota baru memberikan peluang bagi Indonesia mewujudkan kota yang modern, layak huni, rendah karbon dan berkelanjutan. Pertimbangan pemindahan ibu kota mempertimbangkan (Stephenson, 1970; Gottman, 1983): i) kualitas lingkungan dan kehidupan perkotaan; ii) pengurangan tekanan kebutuhan infrastruktur yang sangat besar; iii) Keterbatasan lahan pemerintah di ibu kota saat ini untuk memenuhi kebutuhan akan ruang dan layanan pemerintahan; dan iv) peningkatan pusat pelayanan publik yang terencana yang didukung dengan teknologi dan fasilitas yang cukup untuk melayani dengan efektif dan efisien.

 

Membangun kota baru lebih memungkinkan untuk dapat merealisasikan rencana dan rancangan dengan meminimalkan dampak sosial yang mungkin timbul selama proses pembangunan. Agenda kota berkelanjutan dapat dikatakan sebagai salah satu tema penting dalam pembangunan kota yang baru diperkenalkan beberapa tahun terakhir, seperti konsep kota kompak dan mixed use yang dirancang dengan pendekatan TOD dengan didukung adanya modal split. Salah satu temuan dari penelian kami menunjukkan bahwa perencanaan kota yang mengedepankan rancangan kota kompak lebih efisien energi dan rendah karbon dengan adanya dukungan dari angkutan umum massal dan mobilitas tanpa kendaraan bermotor. Rancangan ini menjadi perwujudan ibu kota yang layak huni dan berkelanjutan- PSII 2019

 

Pengembangan Kawasan Kali Besar, Kota Tua sebagai Ruang Publik

Ruang publik perkotaan merupakan bagian penting dalam kota sebagai tempat bagi masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas. Pendekatan placemaking merupakan salah satu konsep penguatan, pengembangan, dan pemanfaatan ruang publik dengan mengedepankan karakter, budaya, fungsi, dan keterlibatan berbagai pihak.

 

Studi ini memakai pendekatan placemaking untuk melihat hasil revitalisasi Kawasan Kali Besar sebagai salah satu bentuk penyediaan ruang publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan observasi lapangan, analisis dokumen, dan wawancara dengan masyarakat pengguna Kawasan Kali Besar. Hasil studi menunjukkan bahwa revitalisasi Kawasan Kali Besar dapat memenuhi beberapa faktor dari proses placemaking.

 

Kawas`an Kali Besar sebagai ruang publik telah dilengkapi dengan aksesibilitas yang baik dan lingkungan yang nyaman, namun kawasan ini masih perlu didorong dengan berbagai aktivitas publik yang dapat diinisiasi oleh masyarakat dan komunitas sehingga bersifat lebih inklusif dan dapat menarik berbagai lapisan masyarakat. - PSII 2019

 

bottom of page