Pengembangan PLTN bukanlah hal yang mudah. Pemerintah perlu secara serius dalam mempersiapkan rencana kebutuhan pengembangan PLTN,
Upaya mitigasi perubahan iklim kian digalakkan melalui penggunaan teknologi Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Beragam pilihan sumber daya EBT memungkinkan setiap negara untuk berinovasi sesuai dengan sumber daya lokal, tak terkecuali nuklir. Teknologi nuklir merupakan salah satu pilihan sumber energi listrik yang dikembangkan untuk menekan penggunaan energi fosil dan emisi gas CO2. Meski pembangunannya masih menimbulkan pro dan kontra bahkan tidak lagi masuk ke dalam daftar prioritas RUPTL 2018-2027, upaya pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terus menunjukkan tren positif.
Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN) melalui Pusat Teknologi Keselamatan Reaktor Nuklir telah menyampaikan dokumen Detail Engineering Design Reaktor Daya Eksperimental (RDE) tahap dua kepada Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Djarot Sulistio Wisnubroto, Kepala BATAN, menyatakan bahwa dalam hal ini diperlukan sinergi antara BATAN dan BAPETEN dalam proses pengembangan dan pemanfaatan teknologi nuklir di Indonesia. Dengan penyampaian dokumen DED tahap dua ini, diharapkan BATAN dan BAPETEN dapat meningkatkan dalam desain dan proses lisensi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) generasi ke-4.
Pada 2017, BATAN bersama stakeholder nasional lainnya mampu mengembangkan konseptual desain menjadi yang kemudian dilanjutkan penyusunan DED di tahun 2018. Pada 2019 merupakan tahun terakhir Rencana Strategis BATAN 2015-2019, sehingga diperlukan sinergi dengan stakeholder lainnya terkait rencana pembangunan RDE agar dalam Renstra selanjutnya mendapat dukungan, khususnya dari Bappenas. Penyusunan desain RDE akan dilanjutkan hingga tahap verifikasi dan validasi bahkan sertifikasi untuk meningkatkan capacity building sumber daya manusia (SDM), serta terwujudnya desain PLTN pertama di Indonesia. Dalam menyusun dokumen DED, BATAN dilengkapi dengan laboratorium fasilitas pengujian terkait Reactor Cavity Cooling System (RCCS) yang dibangun dengan mendasarkan pada detail desain yang telah disusun untuk digunakan dalam melakukan verifikasi dan validasi detail desain.
Fasilitas uji ini dibangun berbasis pada detail desain yang telah disusun dan dimanufaktur di Indonesia, dengan komponen lokal hampir 80%. Data yang diperoleh dari fasilitas uji ini digunakan sebagai umpan balik, sebagai bahan verifikasi dan validasi detail desain. Hal ini menjadi penting untuk meyakinkan pihak regulator, yaitu BAPETEN bahwa detail desain RDE yang disusun telah tervalidasi dengan baik. Dengan kemampuan SDM, BATAN dalam menguasai teknologi nuklir yang bukan hanya pada level on paper atau karya tulis ilmiah, tetapi diantaranya mampu mendesain, membangun, dan mengoperasikan PLTN yang diharapkan BATAN akan mampu menjadi technology provider, technical support organization, dan clearing house teknologi nuklir di Indonesia.
Keberhasilan pengembangan PLTN di Indonesia diperkirakan berdampak signifikan terhadap sektor ketenagalistrikan nasional. Hal tersebut diperkirakan akan berkontribusi besar dalam bauran energi terbarukan di Indonesia. Pengembangan PLTN bukanlah hal yang mudah. Pemerintah perlu secara serius dalam mempersiapkan rencana kebutuhan pengembangan PLTN, mulai dari kebutuhan infrastruktur, lokasi proyek, sumbedaya manusia, teknologi, dan manajemen pengelolaannya. Seluruh pihak, BATAN, BAPETEN, penyedia jasa ketenagalistrikan, diharapkan terlibat dan dapat membangun kerjasama yang kuat dalam mewujudkan pengembangan PLTN yang bermanfaat bagi Indonesia.
Disadur dari Redaktur dalam www.dunia-energi.com pada 15 Februari 2019
Comments