top of page

Menimbang Konektivitas dan Urban Sprawl

Diperbarui: 16 Mei 2020


Proses perencanaan, khususnya konektivitas wilayah melalui jaringan jalan perlu dilakukan secara komprehensif demi tercapainya pembangunan yang berkelanjutan

Pembangunan jalan tol di Indonesia dimulai sejak tahun 1975. Sejak saat itu, pemerintah memberikan wewenang kepada PT Jasa Marga untuk membangun jalan tol dan dibiayai oleh pemerintah. Pada periode 1995 hingga 1997, pemerintah melakukan upaya percepatan pembangunan jalan tol. Namun demikian upaya tersebut terhenti ditengah krisis moneter yang melanda Indonesia.


Percepatan pembangunan jalan tol kemudian kembali menjadi salah satu prioritas pemerintah di era Presiden Jokowi. PT Jasa Marga tetap diandalkan pemerintah untuk percepatan pembangunan tersebut. Direktur Utama Jasa Marga, Desi Arryani, mengatakan pada tahun 2019 akan ada beberapa tol yang akan rampung pengerjaannya, salah satu proyek tersebut adalah ruas tol Jakarta-Cikampek (Japek) Elevated dan JORR 2.


Ruas jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2 pengerjaannya akan selesai pada periode triwulan IV. Ruas jalan tol lain yang juga menjadi prioritas adalah Pandaan-Malang yang terbagi ke dalam empat seksi dan Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi. Adapun jalan tol Japek Elevated akan dioperasikan secara fungsional lebih dulu pada Lebaran tahun 2019 dan diperkirakan selesai pada kuartal tiga.


Pemerintah terus berupaya untuk terus mempercepat proses pembangunan infrastruktur jalan tol. Berbagai skema kerjasama, khususnya dalam hal pembiayaan, terus ditingkatkan. Pembangunan jalan tol direncanakan melalui beberapa skema pembiayaan, pembiayaan penuh oleh swasta, program kerjasama publik-privat, maupun pembiayaan penuh oleh pemerintah pada tahap pembangunan dan pembiayaan penuh oleh swasta pada tahap operasi dan pemeliharaan.


Kemacetan di Ruas Tol Dalam Kota Jakarta

Penambahan jumlah ruas jalan tol yang dilakukan hampir di setiap tahun bertujuan untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah. Jalan tol pada kawasan perkotaan juga ditujukan untuk menunjang aktivitas pergerakan di dalam kawasan perkotaan serta masuk dan keluar dari kawasan perkotaan menuju pinggiran kota. Hal tersebut menjadi peluang bagi tumbuhnya kawasan di pinggiran kota yang dikenal sebagai fenomena urban sprawl, seperti Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dan Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan).


Proses perencanaan, khususnya konektivitas wilayah melalui jaringan jalan perlu dilakukan secara komprehensif. Implikasi terhadap berbagai sektor, seperti tata ruang wilayah dan lingkungan harus diperhitungkan sejak proses perencanaan. Perencanaan berbasis skenario dengan memperhitungkan berbagai implikasi yang mungkin terjadi harus selalu dikedepankan demi tercapainya pembangunan berkelanjutan.



Disadur dari Saifan Zaking dalam finance.detik.com pada 31 Desember 2018


1 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page