Asap yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil merupakan ancaman besar bagi kesehatan dan iklim. Penelitian WHO menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar fosil di perkotaan, untuk sektor rumah tangga, bangunan gedung, hingga transportasi telah berakibat fatal bagi kesehatan wara kota. Tercatat adanya peningkatan kasus kematian akibat stroke, serangan jantung, penyakit pernapasan kronis, kanker paru-paru hingga berujung kematian.
Setiap tahun, ribuan orang meninggal secara prematur di Serbia. Kematian tersebut diperkirakan akibat kualitas udara yang rendah. Namun demikian, Serbia belum menunjukkan upaya mengendalikan emisi berbahaya dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Pada pertengahan Januari, Badan Energi Internasional yang bekerja untuk memperluas peraturan dan prinsip-prinsip dasar energi internal Uni Eropa untuk negara-negara tetangga menulis surat kepada Pemerintahan Serbia mengenai kegagalan negara dalam mengadopsi strategi pengurangan emisi dari pembangkit listrik.
Surat Badan Energi Internasional menitikberatkan pada prosedur penyelesaian sengketa antara Serbia dengan beberapa daerah lainnya terkait emisi karbon. Secara spesifik, sengketa yang dibahas adalah sengketa antara Serbia dengan Penduduk Ibu Kota Beograd sebagai daerah dengan pencemaran tertinggi di dunia dan Ibu Kota Bosnia, Sarajevo dengan peringkat polusi tertinggi pada musim dingin. Kendati telah mendapatkan surat sengketa, Presiden Serbia, Aleksandar Vucic, mengatakan bahwa keberadaan pembangkit listrik merupakan bukti perkembangan ekonomi suatu negara.
Para ahli berpendapat mengenai faktor-faktor yang turut bertanggungjawab atas meningkatnya polusi udara. Konsentrasi sulfur, nitrogen, dan partikel debu yang sangat berbahaya dipicu oleh masifnya jumlah pembangkit listrik tenaga batubara yang mencapai 70% dari total pembangkit yang ada di Serbia. Dari 16 pabrik pembakaran besar, hanya terdapat tiga pabrik yang memenuhi standar emisi nasional. Pernyataan tersebut disampaikan Dirk Bushcle, Wakil Direktur Komunitas Energi yang bermarkas di Wina, sebuah badan yang membawa Serbia tergabung ke dalam komunitas tersebut pada Januari 2020.
Bankwatch mengatakan bahwa pada tahun 2018 emisi belerang dari pembakaran batubara mencapai enam kali batas tertinggi skala nasional. Aliansi Global untuk penanganan masalah kesehatan dan polusi, menjelaskan bahwa Serbia memiliki tingkat kematian polusi tertinggi di Eropa, yaitu 175 kematian setiap 100.000 orang. Penelitian WHO juga menunjukkan bahwa lebih dari 6.500 orang meninggal sebelum waktunya di Serbia pada setiap tahun karena orang miskin hidup dengan kualitas udara yang buruk. Kegagalan Serbia untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik telah berakibat fatal dan rencana peningkatan penggunaan batubara akan menjadi ancaman dalam memperburuk kondisi tersebut.
Lebih dari 80 persen penduduk perkotaan terpapar oleh polusi udara yang melebih ambang batas. Negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah adalah yang paling terdampak dari polusi udara. Pengurangan emisi di kawasan perkotaan melalui pemanfaatan sumber energi terbarukan, seperti pemasangan solar photovoltaic pada atap bangunan gedung perkotaan, serta menghidupkan kembali kebiasaan berjalan kaki dan bersepeda merupakan rangkaian strategi yang terjangkau bagi perkotaan. Peningkatan kualitas udara akan menekan biaya kesehatan dari penyakit yang terkait polusi udara, meningkatkan produktivitas pekerja, serta menambah harapan hidup. Pengurangan polusi udara juga memberikan bonus pada mitigasi perubahan iklim yang telah menjadi komitmen negara-negara dalam UNFCCC, Protokol Kyoto, dan Perjanjian Paris.
Disadur dari Milica Stojanovic dalam balkaninsight.com pada 15 April 2020
Comments