top of page

My Items

I'm a title. ​Click here to edit me.

Build Back Better: Penanganan Pascabencana Sulawesi Tengah

Build Back Better: Penanganan Pascabencana Sulawesi Tengah

Tahukah Anda bahwa Indonesia masuk ke dalam formasi Cincin Api Pasifik atau yang dikenal dengan Ring of Fire? Formasi ini menggambarkan rangkaian gunung api sepanjang 40.000 km dan lempeng aktif yang membentang di Samudera Pasifik. Oleh karena itu, Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana, terutama gempa bumi, erupsi gunung api, hingga tsunami. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) pada tahun 2021 menunjukkan status potensi bencana sedang hingga tinggi diseluruh daerah. Sebanyak 293 kota/kabupaten dengan indeks risiko sedang dan 221 kota/kabupaten dengan indeks risiko tinggi. Secara global, The World Risk Index pada tahun yang sama juga menempatkan Indonesia pada peringkat 38 dari 181 negara paling rentan terhadap bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggambarkan siklus penanggulangan bencana dalam tiga tahap, yaitu: i) pra-bencana atau situasi normal tidak terjadi bencana; ii) saat terjadi bencana dengan fokus tanggap darurat (response) dan bantuan darurat (relief); dan iii) pasca-bencana dengan kegiatan pemulihan (recovery), rehabilitasi (rehabilitation), dan rekonstruksi (reconstruction). Seluruh tahapan tersebut melibatkan peran aktif dari berbagai pihak, terutama pemerintah dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan dan memulihkan masyarakat yang terdampak bencana. Masyarakat Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi di Provinsi Sulawesi Tengah menghadapi bencana gempa bumi ekstrem yang memicu terjadinya tsunami, likuefaksi, dan tanah longsor pada tahun 2018. Unicef (2018) pada masa tanggap darurat mencatat setidaknya 1,5 juta orang terdampak dari bencana tersebut, dimana sekitar 2.000 orang meninggal dan 212.000 orang dinyatakan hilang. Bencana tersebut juga menimbulkan kerusakan bangunan dan infrastruktur dasar. BNPB memperkirakan kerugian mencapai lebih dari 13,82 triliun akibat kerusakan pada 68 ribu unit rumah, 327 unit rumah ibadah, 265 unit sekolah, 168 titik jalan dan 7 unit jembatan yang mengalami rusak berat. Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melaksanakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di lokasi terdampak di Sulawesi Tengah dengan fokus pemulihan sektor perumahan, permukiman, fasilitas publik, dan infrastruktur. Pembangunan kembali pascabencana tidak hanya difokuskan untuk mengembalikan kondisi rumah dan infrastruktur, namun juga memperkuat ketahanan bangunannya untuk mengurangi potensi kerusakan berat di masa mendatang. Proses rehabilitasi dan rekonstruksi berlangsung sejak tahun 2019 dan telah berhasil membangun 1.679 unit rumah, merehabilitasi dan merekonstruksi 58 sekolah, 1 perguruan tinggi, 4 fasilitas kesehatan, dan 3 bangunan publik lainnya. Selain itu, Kementerian PUPR juga telah melakukan rehabilitasi berbagai ruas jalan, jembatan, tanggul laut, hingga sarana irigasi. Proses rehabilitasi dan rekonstruksi masih terus berlangsung, terutama untuk pembangunan rumah permanen hingga sekitar 6.000 unit. Seluruh kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi ditargetkan akan selesai di akhir tahun 2024. Dalam Webinar Hari Habitat 2022 oleh Pusat Studi Infrastruktur Indonesia, Kementerian PUPR membagikan best practice proses pemulihan pascabecana di Sulawesi Tengah. Kawasan wisata pesisir pantai di Silae, Lere, Besusu Barat, dan Talise (Silebeta) merupakan salah satu lokasi terdampak parah dari kejadian tsunami di Teluk Palu. Penataan pascabencana kawasan tersebut dirancang untuk menurunkan dampak dan risiko bencana tsunami di masa depan dengan adanya tanggul pantai dan rehabilitasi drainase sepanjang 7 km. Selain itu, rehabilitasi RS Anutapura Kota Palu dilakukan dengan fitur Lead Rubber Bearing (LRB) yang terdiri dari beberapa lapis karet sintetik atau alami yang memiliki nisbah redaman kritis antara 2 sampai 5 sebagai dasar isolator yang dapat mereduksi kekuatan gempa pada bangunan. Proses penanganan pascabencana oleh Kementerian PUPR juga berupaya untuk meningkatkan kapastias kebencanaan masyarakat dan pemerintah setempat, melalui kegiatan: 1) sosialisasi bahaya bencana, cara menghadapi bencana, early warning system dan pengelolaan terpadu untuk mencapai tujuan pelestarian ekologi, mitigasi bencana dan pemanfaatan ruang; 2) manajemen pengetahuan kebencanaan melalui penyediaan bahan komunikasi peningkatan pemahaman dan adaptasi bencana; dan 3) penyusunan advis teknis standar, pedoman dan manual, pelatihan, inspeksi, serta sertifikasi technostructure, prime mover, dan clearing house. Bencana yang melanda beberapa daerah di Sulawesi Tengah menjadi refleksi dalam proses perencanaan pembangunan di masa depan. Fokus pemulihan yang tidak hanya sekadar mengembalikan rumah dan infrastruktur ke kondisi semula, namun juga menambah kekuatannya sehingga menurunkan risiko kerentanan bencana di sekitar masyarakat. Proses interaksi dan kerja sama pemerintah pusat dan daerah, serta transfer pengetahuan selama rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana telah memperkuat kapasitas kesiapsiagaan berbagai pihak, terutama mereka yang tinggal di lokasi rawan bencana.

More
Takeaways: Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022

Takeaways: Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022

Forum Pengurangan Risiko Bencana (GPDRR) 2022 berlangsung di Nusa Dua, Bali, 23-28 Mei 2022. Forum ini berfokus kepada evaluasi tengah waktu Kerangka Kerja Sendai, setelah ditetapkan pada 2015 dalam Konferensi Dunia untuk Pengurangan Risiko Bencana di Sendai, Jepang. GPDRR 2022 menjadi kesempatan penting untuk memastikan pencapaian tujuh target dalam kerangka kerja. GPDRR 2022 merupakan forum global pertama yang telah berlangsung secara offline ditengah pandemi global Covid-19. Pelaksanaan forum ini menunjukkan keberhasilan penanganan Covid-19 di Indonesia, dan tingginya kepercayaan terhadap pengalaman Indonesia dalam menangani bencana. Selama beberapa hari pelaksanaan forum ini terdapat beberapa 'takeaways' yang dapat menjadi pembelajaran dan perhatian Indonesia dimasa mendatang. Konsep Resiliensi Berkelanjutan Pemerintah Indonesia menawarkan konsep Resiliensi Berkelanjutan kepada dunia. Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pembukaan GPDRR 2022. Presiden menyampaikan empat hal terkait konsep resiliensi berkelanjutan yaitu pertama, penguatan budaya dan kelembagaan siaga bencana antisipatif, responsif, dan adaptif menghadapi bencana. Penulis merekomendasikan agar Indonesia mendokumentasikan, serta menyebarluaskan berbagai indiginious/local knowledge dari berbagai daerah sebagai alat pengurangan risiko bencana, salah satu contohnya kulkul yang digunakan Jokowi dalam membuka forum. Dalam budaya Bali, kulkul digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat tradisional termasuk untuk memberikan peringatan akan bencana. Kedua, investasi dalam sains, teknologi dan inovasi, termasuk menjamin akses pendanaan dan transfer teknologi. Ketiga, Pembangunan infrastruktur yang tangguh bencana dan tangguh perubahan iklim. Menjadi suatu keharusan dalam pembangunan masa depan untuk memastikan aspek tangguh bencana dan perubahan iklim diakomodasi dalam perencanaan dan konstruksi infrastruktur dan bangunan gedung. Hal ini sesungguhnya telah didukung dengan regulasi dan hukum Indonesia, namun penulis menekankan kepada law enforcement dari berbagai aturan yang telah ada. Keempat, komitmen bersama untuk mengimplementasikan kesepakatan global mulai di tingkat nasional sampai daerah. Pengurangan risiko bencana merupakan kerjasama semua pihak, bukan hanya pemerintah pusat, namun juga pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya. Pemerintah Indonesia dalam forum ini menekankan perlunya Kerjasama Penta Helix dalam pengurangan risiko bencana yaitu antara pemerintah, komunitas, media, akademisi dan bisnis. Penulis menekankan pentingnya shifting dari komitmen kelima pemangku kepentingan ini menjadi aksi nyata dalam pengurangan risiko bencana. Kelimanya saling terkait dan menguatkan peran masing-masing, contohnya dalam menyediakan Early Warning System (EWS), pemerintah bertindak sebagai pembuat kebijakan dan penyusunan rencana, sedangkan akademisi berperan dalam riset dan penemuan inovasi terbaru EWS, untuk kemudian akan ditindaklanjuti oleh sektor bisnis untuk memproduksi teknologi yang ada. Media akan berperan dalam meningkatkan kesadaran dan menyebarkan informasi di masyarakat dan komunitas sehingga pada akhirnya menghasilkan masyarakat yang tangguh dan tanggap bencana. 'Cross-Cutting' Sektor: Sains, Teknologi dan Pembiayaan Pegurangan risiko bencana bukan saja memerlukan partisipasi multi-stakeholder, namun juga memerlukan penanganan multi-sektor. Keberadaan komunitas yang tangguh dan tanggap bencana perlu didukung dengan teknologi, pembiayaan dan ilmu pengetahuan yang memadai. Dunia perlu saling transfer teknologi dan ilmu pengetahuan untuk saling menguatkan dan mewujudkan kesetaraan dalam pengurangan risiko dan penanganan bencana. Selain itu, pembiayaan yang terencana juga menjadi salah satu kunci mendukung pengembangan teknologi dan sains terkait bencana, sebagai contoh nyata kita dapat belajar dari Sendai. Melalui pembiayaan riset di Tohoku University, Kota Sendai mampu menjadi kota tangguh bencana dunia. Investasi pengurangan risiko bencana telah terbukti menurunkan kerugian finansial akibat bencana. Data Ministry of Land, Infrastructure and Transportation Jepang menyatakan bahwa 71,6 Miliar Yen investasi akan menyelamatkan 550 Miliar Yen kerusakan yang disebabkan bencana, atau dengan kata lain efektivitas investasi pengurangan risiko bencana sebesar 7,7 (sangat efektif). Pembiayaan dan investasi bencana menjadi salah satu topik utama dalam GPDRR 2022. Penulis mendukung dan mendorong pemerintah untuk serius dalam penyediaan pembiayaan bencana dalam bentuk pooling fund, sehingga Indonesia menjadi tangguh secara finansial sebelum dan ketika bencana datang. Tak jarang instrumen pembiayaan yang kurang tepat dapat menghambat penanganan bencana yang memerlukan kecepatan dalam implementasinya. Selain itu, sektor privat seperti perusahaan teknologi dan terkait konstruksi perlu didorong untuk mengembangkan teknologi pengurangan risiko bencana seperti EWS, radar, dan teknik konstruksi tahan gempa. Komunitas sebagai Kunci Pengurangan Risiko Bencana Inklusif bukan kata baru dalam dunia pembangunan. Inklusif secara sederhana diartikan sebagai pelibatan semua pihak (stakeholders), keterbukaan, tidak mengesampingkan pihak manapun dalam pelaksanaan pengurangan risiko bencana. Pemerintah Indonesia sesungguhnya telah berusaha melibatkan seluruh stakeholder dalam pengurangan risiko bencana, namun pelibatan masyarakat perlu menjadi perhatian utama dimasa mendatang. Hal ini perlu menjadi penekanan utama mengingat masyarakat dan komunitas yang menjadi kelompok terdampak utama ketika bencana terjadi. Pengurangan risiko bencana harus dimulai dari masyarakat dan komunitasnya. Oleh karena itu, pembentukan komunitas yang siap dan tanggap bencana perlu dilakukan secara masif terutama masyarakat dan komunitas yang marjinal di daerah yang memiliki tingkat risiko dan kerentanan yang tinggi terhadap bencana. Peningkatan komunitas secara kualitas dan kuantitas perlu dilakukan secara sengaja dan implisit dalam Strategi Pengurangan Risiko Bencana. Keberadaan komunitas tangguh dan tanggap bencana juga menjadi corong informasi masuk dan keluar terkait pengurangan risiko bencana, dan juga penanganan bencana.

More
Membangun Kota Berketahanan: Belajar dari Pengalaman Pascabencana di Pasigala

Membangun Kota Berketahanan: Belajar dari Pengalaman Pascabencana di Pasigala

Bencana alam gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi Sulawesi Tengah telah dua tahun berlalu. Namun, peristiwa yang terjadi pada 28 September 2018 silam masih melekat dalam ingatan para penyintas di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala (Pasigala). Masih tergambar dengan jelas bagaimana para penyintas merespon bencana yang datang secara tiba-tiba. Masyarakat Kota Palu dan Kabupaten Sigi cenderung bertahan ketika gempa skala kecil terjadi, sedangkan masyarakat Kabupaten Donggala yang lekat dengan laut memiliki kemampuan dalam memahami tanda-tanda alam sehingga bergegas melakukan evakuasi sejak gempa berskala kecil. Sesaat setelah bencana, penyaluran bantuan logistik berupa makanan kering dan mie instan menjadi sangat berarti untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan nutrisi. Dukungan pemulihan penghidupan juga disalurkan dalam bentuk uang tunai melalui program Jadup selama dua bulan penuh. Melalui berbagai bantuan pemenuhan kebutuhan dasar tersebut, para penyintas dapat bertahan sembari menunggu perekonomian keluarga pulih perlahan. Rantai pasok dan kegiatan perekonomian tak luput dari guncangan akibat bencana. Terputusnya rantai pasok dan terhentinya seluruh aktivitas perekonomian pascabencana menyebabkan para penyintas kehilangan mata pencaharian dan pendapatan. Oleh karena itu, memulihkan rantai pasok dan menghidupkan kembali roda perekonomian sangat penting untuk memastikan pemenuhan kebutuhan dasar. Kawasan Pantai Talise yang mengalami kerusakan parah akibat tsunami merupakan ladang perekonomian bagi para pedagang dan petani garam. Kegiatan perdagangan terhenti dan lokasi tambak garam tak luput diterjang tsunami. Terlepas dari trauma terhadap kejadian bencana, tuntutan ekonomi mendorong para pedagang Pantai Talise kembali melakukan aktivitas perekonomian. Namun demikian, tingginya tingkat kerawanan di lokasi tersebut, mendorong Pemerintah Kota Palu untuk merelokasi pedagang ke tempat yang lebih aman, yaitu Bundaran STQ dan kawasan hutan kota. Lokasi tambak garam yang hancur perlahan pulih melalui program padat karya sebagai bagian dari proses trauma healing yang didukung NGO. Dua tahun bencana berlalu, belum tampak perubahan signifikan dalam kehidupan para penyintas yang telah kehilangan rumah mereka. Penderitaan ganda dirasakan mereka yang kehilangan rumah dan mata pencaharian. Banyaknya keluarga yang masih tinggal dalam satu unit huntara dengan 12 bilik bukanlah perkara yang mudah, terutama di tengah pandemi Covid-19. Lemahnya kontrol dan penerapan protokol kesehatan di lingkungan huntara dapat menjadikan kondisi para penyintas lebih rentan. Pembangunan huntap menjadi harapan baru bagi para warga terdampak bencana. Proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang ditargetkan selesai pada Desember 2020 dilakukan secara kolaboratif oleh pemerintah, LSM, dan masyarakat pemilik hunian melalui dana stimulan. Beberapa huntap yang telah selesai dibangun, diserahkan kepada warga terdampak bencana. Namun demikian, bagi para penyintas tanpa dokumen legalitas untuk memenuhi syarat administrasi, mendapatkan bantuan huntap adalah angan-angan. Proses koordinasi menjadi tantangan sejak awal respon tanggap bencana. Banyaknya bantuan yang masuk dari berbagai sumber, termasuk dari masyarakat dan bantuan internasional, membutuhkan koordinasi dan data yang andal untuk menghindari tumpang tindih dalam penyaluran bantuan. Ketidakpastian tata ruang, lambatnya proses sinkronisasi aturan teknis, serta kendala dalam penyediaan lahan sangat kental dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman dan infrastruktur. Secara khusus, perlambatan proses pembangunan akibat kejadian pandemi harus segera ditangani. Rendahnya kinerja pemulihan di Pasigala kian menimbulkan gejolak sosial sebagai bentuk ketidakpuasan masyarakat. Aksi demonstrasi menjadi tidak terhindarkan. Berhadapan dengan bencana alam yang mematikan bukanlah pengalaman pertama bagi Indonesia. Gempa diikuti tsunami yang melanda Aceh, gempa yang mengguncang Nias dan Bantul, hingga letusan gunungapi Merapi dan Kelud nampaknya belum cukup membangun ketangguhan kita dalam merespon bencana. Sesar Palu-Koro yang disebut sebagai pemicu bencana di Sulawesi Tengah sejak tahun 1907 bahkan telah terdokumentasikan dengan baik juga tidak sepenuhnya mampu membangun kesiapsiagaan daerah. Banyaknya korban jiwa dan kerusakan bangunan, hingga secuplik kisah para penyintas saat berhadapan dengan bencana menggambarkan betapa kita tak kunjung siap menghadapi bencana. Proses pemulihan membutuhkan pendekatan dan respon yang berbeda dengan kondisi normal. (IFRC, 2020) Perjalanan panjang pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Sulawesi Tengah merupakan catatan refleksi bagi seluruh pihak. Terlepas dari kesulitan dalam situasi pascabencana, proses pemulihan memberikan peluang untuk membangun kembali dengan lebih tangguh. Menempatkan masyarakat sebagai tokoh utama sejak awal pemulihan adalah hal yang paling mendasar untuk menciptakan keberlanjutan dan membangun ketangguhan. Seluruh stakeholder, termasuk pemerintah dan kita semua perlu menyadari pentingnya membangun ketahanan kota dalam menghadapi kejadian tidak terduga. Upaya peningkatan kesadaran dan pengetahuan akan bencana menjadi penting, terutama di kawasan rawan bencana dengan kerentanan yang tinggi. Hal ini menjadi salah satu komponen untuk meningkatkan ketangguhan sehingga dapat meminimalisir jumlah korban bencana. Kita mungkin tidak bisa mencegah bencana alam terjadi, namun kita dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana. Dinamika yang terjadi selama proses pemulihan pascabencana di Sulawesi Tengah menjadi kesempatan bagi semua pihak untuk meningkatkan kapasitas dan ketangguhan masing-masing. Pemerintah daerah dalam hal ini didorong untuk membuka diri yang seluas-luasnya terhadap pembelajaran dan praktik terbaik dari pengalaman daerah lain bahkan negara lainnya sehingga mampu menghadirkan proses pemulihan yang lebih cepat, lebih aman, dan inklusif. Berbagai bantuan yang masuk seyogianya tidak hanya dipahami sebagai bantuan dana kemanusiaan untuk pemulihan sesaat, namun sebagai bentuk transfer pengetahuan hendaknya dimaknai sebagai kekayaan dan modal pengetahuan bagi pemerintah daerah setempat untuk pengembangan ke depan, menghindari respon yang salah dalam situasi kritis, dan menjadi lebih tangguh dalam menghadapi kejadian tidak terduga di masa mendatang. Bersama kita bisa! Artikel selengkapnya dapat diakses dalam Newsletter PSII edisi khusus "Dua Tahun Bencana Sulawesi Tengah" | bit.ly/2TahunBencanaSultengPSII #PaluKuat #Sultengbangkit #Pascabencana #Resilientcity

More
MENGENANG 2 TAHUN BENCANA SULAWESI TENGAH

MENGENANG 2 TAHUN BENCANA SULAWESI TENGAH

Pusat Studi Infrastruktur Indonesia mempersembahkan Kontes Fotografi dalam rangka memperingati 2 Tahun Bencana Sulawesi Tengah Tema: #PaluKuat #SULTENGBangkit #2TahunBencanaSulteng Ketentuan kontes sebagai berikut: 1. Like dan share story postingan ini, serta follow akun PSII (@pusatstudiinfrastruktur) 2. Posting foto terbaik anda sesuai dengan tema, menggunakan caption menarik 3. Foto merupakan karya terbaru (1 bulan terakhir) dengan periode posting 10 Sept - 22 sept 2020 4. Tag dan mention @pusatstudiinfrastruktur 5. Gunakan tagar #PaluKuat , #2TahunBencanaSulteng #SultengBangkit #kontesfotografi #kontes #fotografi #photography #bergerakberdampak #berdayabersama #kolaborasibaik #pembangunan #2tahuntsunamipalu #PaluKuat #kitakuat #tangguh #melawanlupa #SultengBangkit #2TahunBencanaSulteng #tsunami #likuefaksi #palu #sigi #donggala #sulawesitengah #sulteng #indonesia #iniindonesia #tolareinfopalu #kotapaluinfo #sultenginfo #infopalu #infopalusulteng

More
DIRGAHAYU INDONESIA KE-75, JAYALAH INDONESIAKU JAYALAH NEGERIKU

DIRGAHAYU INDONESIA KE-75, JAYALAH INDONESIAKU JAYALAH NEGERIKU

Halo sobat PSII, para pendahulu kita telah berperang sampai dengan titik darah penghabisan untuk memperjuangkan kebebasan bangsa kita dari penjajah. Namun, perjuangan para pahlawan belum berakhir ketika gema proklamasi dikumandangkan. Tugas kita masih panjang sebagai generasi muda untuk mengisi kemerdekaan dengan berbagai hal positif yang memperkuat gotong-royong, kerukunan dan persatuan seluruh masyarakat Indonesia dan berbagai upaya untuk mengharumkan nama besar bangsa kita di kancah Internasional perlu kita bangun. Mari bersama-sama kita isi kemerdekaan ini dengan hal yang positif, kita perkuat gotong-royong, kita jaga pembangunan yang telah dilakukan oleh pendahulu kita, dan kita bersatu menciptakan berbagai inovasi yang menunjukkan kembali taring eksistensi bangsa kita yang sesungguhnya. Jayalah Negeri, Jayalah Indonesia, MERDEKA!!!!

More
Potensi Tandem Perovskite-Perovskite dalam Solar PV

Potensi Tandem Perovskite-Perovskite dalam Solar PV

Pertumbuhan populasi dan pengembangan kegiatan ekonomi telah menyebabkan lonjakan dalam konsumsi energi global dalam beberapa dekade terakhir. Di sisi lain, upaya pemenuhan kebutuhan listrik yang mengandalkan bahan bakar fosil kian menghadapi kelangkaan. Oleh karena itu, berbagai negara menggiatkan penelitian dan pengembangan yang berfokus pada pengembangan energi terbarukan – panas bumi, air, surya, angin, biomasa, dan laut – untuk mendukung pemenuhan kebutuhan listrik dan menciptakan energi bersih serta berkelanjutan. Energi matahari dinilai sebagai sumber energi terbarukan yang tidak akan habis. Matahari sebagai bola gas berukuran besar mampu menghasilkan panas dan cahaya terang untuk bumi akibat adanya reaksi berantai proton-proton matahari. Pancaran energi dari matahari yang diterima bumi mencapa 1.000-watt dengan 30% energi dipantulkan keluar angkasa sedangkan 3.850.000 eksajoule (EJ) per tahun diserap oleh bumi. Salah satu cara memanen radiasi panas dan cahaya yang dipancarkan oleh matahari menjadi listrik dengan cara memanfaatkan teknologi termal dan teknologi sel surya atau solar photovoltanic (solar PV). Pengembangan pembangkit energi terbarukan tenaga surya, yaitu solar photovoltaic (solar PV) dalam beberapa dekade terakhir memiliki permintaan pasar global yang kuat (REN21, 2020). Setelah memiliki permintaan yang stabil, pasar solar PV meningkat hingga 12 persen pada tahun 2019 dengan total kapasias mencapai 627 GW. China tetap menjadi negara yang mendominasi pasar solar PV dan industri pengembangan teknologi solar PV secara global. Meskipun penggunaan solar PV telah berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan pemanfaatan energi bersih, industri pengembangan teknologinya juga memiliki dampak terhadap lingkungan. Penelitian yang dilakukan Tim Cornell University, New York dengan melihat Life Cycle Impact (LCI) dari dua tipe tandem solar PV, yaitu perovskite-silikon dan perovskite-perovskite. Hasilnya menunjukkan adanya perbedaan dalam waktu pengembalian energi (energy payback time) dan jejak karbon yang dihasilkan dari kedua tandem tersebut. Waktu pengembalian energi dan jejak karbon yang dihasilkan dari konfigurasi perovskite-perovskite adalah 0,35 tahun dan 10,7 g CO2-eq/kWh, sedangkan perovskite-silikon selama 1,52 tahun dengan jejak karbon 24,6 g CO2-eq/kWh. Tandem perovskite-perovskite yang lebih fleksibel dan ringan diprediksi meningkatan kinerja solar PV dan lingkungan hingga 6 persen. Namun demikian, penggunaan perovskite-perovskite tidak tahan lama dibanding perovskite-silikon, meskipun komponennya lebih mudah dalam proses daur ulang. Struktur tandem dapat dipertimbangkan dalam penyebarluasan teknologi solar PV. Dalam jangka panjang, konfigurasi perovskite-perovskite secara khusus telah memungkinkan terciptanya tandem yang lebih fleksibel dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Ke depan, riset dan pengembangan teknologi solar PV dengan metode enkapsulasi yang efektif dan murah dapat dikembangkan untuk meningkatkan stabilitas dan meminimalisir gangguan dalam penyediaan energi. Disadur dari Donna Lu dalam www.newscientist.com pada 31 Juli 2020 #energi #EBT #solarPV #energibersih

More
Selamat Hari Lingkungan

Selamat Hari Lingkungan

Mari jaga lingkungan kita, mulai dari diri sendiri dan mulailah dari hal yang terkecil di sekitarmu. Sedikit aksi perubahanmu, menyelamatkan lingkungan dari berbagai kerusakan. Sejenak memahami makna Hari Lingkungan Sedunia Setiap tahun tepat pada tanggal 5 Juni, sejarah mencatat lahirnya kesepakatan dunia untuk menyadari keberadaan bumi dan bertanggungjawab untuk menjaga kelestarian makhluk hidup dan ekosistem yang ada di dalamnya. Penetapan Hari Lingkungan Sedunia ini berlangsung dalam konferensi yang diselenggarakan di Stockholm pada tahun 1972 di inisiasi oleh Jepang dan Senegal mempertimbangkan saat itu kondisi lingkungan banyak sekali dilanda bencana. Semenjak penetapan adanya Hari Lingkungan Sedunia ini, selalu diadakan pertemuan internasional diselenggarakan oleh UNEP rutin membahas tentang isu lingkungan yang terjadi dengan mengusung tema yang berbeda. Tahun ini, seharusnya konferensi ini diselenggarakan di Kolombia dengan tema "Biodiversity" atau " Keanekaragaman Hayati" namun kondisi global tengah dilanda pandemik. Biodiversity membawa ingatan kita kepada beragam jaringan rantai kehidupan yang sangat beragam dihutan, berbagai makhluk yang hidup di air, tanah dan udara bergantung pada hutan, termasuk manusia. Keberadaan hutan menjadi sumber kontrol adanya polusi yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia, memberikan suplai kebutuhan SDA yang bisa dimanfaatkan oleh manusia, menjadi rumah bagi berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Hutan sebagai sumber plasma nutfah kehidupan. Namun, seiring berkembangnya kebutuhan manusia, teknologi yang digunakan untuk memanfaatkan sumber alam, mendorong manusia yang "serakah"cenderung akan memanfaatkan semua sumberdaya hutan yang berlimpah untuk "mengeruk pundi-pundi keuntungan pribadi". Tindakan ini tidak memikirkan dampak lain seperti rusaknya habitat makhluk yang tinggal di hutan, degradasi lingkungan, hilangnya pemanasan global yang menyebabkan ancaman perubahan iklim. Indonesia dulu memiliki hutan yang sangat luas, namun setiap tahun tutupan lahan hutan yang luas di Indonesia selalu berkurang setiap tahun. Hal ini banyak disebabkan karena adanya pembukaan lahan untuk berbagai aktivitas industri yang dinilai mendorong pencapaian ekonomi yang signifikan. Namun, pembukaan lahan ini dilakukan dengan membakar hutan. Tercatat pada tahun 2019 telah terjadi kebakaran hutan di Indonesia yang lebih parah dari kebakaran hutan Amazon. Luas hutan yang terbakar mencapai 328.724 hektar dan menimbulkan berbagai penurunan kualitas udara di wilayah kebakaran hutan maupun berdampak di wilayah sekitarnya. Kebakaran hutan yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia tahun 2019 lalu, sangat mempengaruhi kualitas udara yang menyebabkan jarak pandang yang sangat pendek, sesak napas/ISPA dan berbagai kerugian lingkungan dan material. Peristiwa ini menjadi pengalaman pembelajaran besar bagi Indonesia maupun negara terdampak yang bertetangga dengan Indonesia, mewujudkan lingkungan berkelanjutan yang tidak merusak lingkungan menjadi tujuan kita bersama. Mari bergerak dari hal sederhana dalam menjaga lingkungan, mulai dari diri sendiri, mulai dari hal terkecil, dan sebarkan pengaruh positif kepada lingkungan sekitar untuk menjaga lingkungan kita. Selamat Hari Lingkungan Sedunia!!!! #HappyEnvironmentDay#Sustainable#Biodiversity#ClimateChange#

More
Udara Bersih Selama Lockdown Tingkatkan Kesehatan Pernapasan

Udara Bersih Selama Lockdown Tingkatkan Kesehatan Pernapasan

Langkah lockdown untuk menekan laju penanganan Covid-19 telah mengurangi aktivitas sektor transportasi. Penurunan jumlah kendaraan telah menurunkan tingkat konsumsi energi dan permintaan terhadap bahan bakar minyak. Perubahan aktivitas transportasi dan penurunan permintaan minyak memberikan dampak signifikan terhadap kualitas lingkungan. Di Inggris, kebijakan lockdown dan peningkatan kualitas lingkungan diperkirakan membawa dampak positif bagi para penderita gangguan pernapasan. Setiap tahun, polusi udara menyebabkan puluhan ribu kematian dini di Inggris. Lebih dari sepertiga bagian wilayah di Inggris memiliki tingkat polusi udara berukuran partikel halus. Nitrogen dioksida dan polutan yang diproduksi sebagian besar oleh kendaraan diesel berada pada tingkat di 80% wilayah perkotaan. Penurunan kadar partikel halus dan polusi NO2 selama lockdown diperkirakan mencapai setengahnya. Berdasarkan hasil survei yang diperoleh dari British Lung Foundation menemukan bahwa terdapat lebih dari 50% penderita gangguan pernapasan menyatakan bahwa mereka telah merasakan penurunan polusi udara sejak dimulainya kebijakan lockdown. Dua juta penderita gangguan pernapasan seperti asma di Inggris menunjukkan penurunan gejala selama periode lockdown. Hasil survei yang dilakukan pada 14.000 orang dengan kondisi gangguan pernapasan menunjukkan satu dari enam penderita asma telah mengalami peningkatan kesehatan. Angka peningkatan ini terjadi lebih tinggi pada kategori anak-anak yang ditandai dengan satu dari lima orang tua mengatakan bahwa kondisi anak mereka telah mengalami peningkatan kesehatan. Terdapat hubungan antara polusi udara dengan penyakit paru-paru. Tercatat dari 12 juta orang yang menderita gangguan pernapasan seperti asma dan penyakit paru-paru kronis, sekitar 8 juta penderita telah didiagnosis menderita asma, dimana sebanyak 5,4 juta dari mereka telah menerima perawatan. Berdasarkan data yang bersumber dari Public Health England menyatakan bahwa jumlah kunjungan gawat darurat rumah sakit untuk penderita asma juga ikut mengalami penurunan hingga setengahnya. Belum jelas terkait penyebab penurunan tersebut apakah disebabkan oleh pengurangan gejala asma atau keengganan setiap orang untuk mengunjungi rumah sakit selama pandemi Covid-19. Penurunan polusi udara telah dirasakan beberapa negara lainnya, seperti New York yang nyaris mencapai penurunan 50 persen dan China sebesar 25 persen. Semakin banyak juga bukti dari seluruh dunia yang menghubungkan peningkatan infeksi Covid-19 dan kematian akibat paparan polusi udara. Ketika banyak proses industri terhenti, penurunan jumlah transportasi, dan perusahaan yang beroperasi telah meningkatkan kualitas udara, khususnya di perkotaan. Tingkat polusi udara perlu diupayakan agar selalu berada pada tingkat terendah untuk membantu menghindari puncak infeksi kedua dari wabah pandemi Covid-19. Disadur dari Carrington dalam www.theguardian.com pada 4 Juni 2020 #cleanair #airpollution #lockdown #covid-19

More
PSI Indonesia Mengucapkan Selamat Idul Fitri 1441 H

PSI Indonesia Mengucapkan Selamat Idul Fitri 1441 H

Ramadhan tahun ini terasa lebih berbeda, tapi tak pernah kehilangan maknanya. Ramadhan tahun ini terasa lebih berbeda, tapi tak pernah kehilangan maknanya.
Kita berjarak tapi tetap saling terhubung. Kami segenap keluarga besar Pusat Studi Infrastruktur Indonesia mengucapkan
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441H mohon maaf lahir dan batin Semoga semangat Ramadhan tetap tinggal di hati kita dan menerangi jiwa kita dari dalam. #Ramadhan #togetherness #staysafe #newnormal Celebrating Ramadhan feels different this year, but it never loses its meaning. We are all in distance but still connect with each other. Sending warm wishes to you,
Have a blessed Eid 1441H
May the spirit of Ramadhan stay in our heart and illuminate our soul from within. Sincerely,
Indonesia Infrastructure Research Centre #Ramadhan #togetherness #staysafe #newnormal

More
Pandemi dan Turun Naik Harga Minyak Dunia

Pandemi dan Turun Naik Harga Minyak Dunia

Harga minyak dunia sempat anjlok di tengah Pandemi Covid-19. Patokan harga minyak Eropa, Brent Crude, mengalami penurunan menjadi sekitar $16 (Rp 249.248,00) per barel di pasar Asia. Angka ini mencapai angka terendah dalam 21 tahun terakhir. Sementara di Amerika Serikat, harga minyak mengalami penurunan hingga mencapai di bawah nol untuk pertama kalinya sehingga menyebabkan negara Paman Sam ini terus berupaya dalam meningkatkan harga minyak tersebut untuk perbaikan perekonomian negara. Harga minyak naik ke level tertinggi sejak Maret 2020 dalam skala perdagangan dunia pada hari Kamis (21/5/2020) waktu setempat. Hal tersebut juga didukung oleh turunnya persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS). Pemangkasan pasokan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan pemulihan permintaan minyak seiring pelonggaran lockdown turut mendukung harga minyak. Harga minyak Brent naik 31 sen atau 0,87 persen menjadi 36,06 dollar AS per barrel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 43 sen atau 1,28 persen menjadi 33,92 dollar AS per barrel. Data terbaru menunjukkan penurunan terhadap persediaan minyak mentah AS sebesar 5 juta barel pada pekan lalu. Pada skala perdagangan minyak mentah berjangka mulai mendekati level dimana penurunan produksi serpih AS akan mulai melambat dan mungkin berbalik ketika produsen berbiaya rendah berusaha untuk menghasilkan pendapatan. Pada saat yang sama, terdapat bukti pulihnya penggunaan bahan bakar. Pasokan global telah dibatasi pada tingkat yang besar akibat runtuhnya permintaan pada masa pemberlakuan lockdown, namun saat ini berada di jalur yang jelas menuju pemulihan secara bertahap. OPEC menyatakan bahwa pasar telah merespon dengan baik. Maskapai penerbangan ternama AS dan Air Canada (AC.TO) telah melaporkan adanya penurunan pembatalan tiket dan peningkatan pemesanan di beberapa rute, meskipun permintaan tiket penerbangan secara keseluruhan tersebut masih tergolong lemah. Dalam hal ini, OPEC dan OPEC+ sepakat untuk memotong pasokan 9,7 juta barrel per hari mulai 1 Mei 2020. Hingga bulan Mei, OPEC+ telah memotong ekspor minyak sekitar 6 juta barrel per hari dan hal ini menjadi awal positif dalam mematuhi kesepakatan. Tak butuh waktu lama untuk mengatasi penurunan harga minyak mentah. Anjloknya harga minyak mentah dunia yang dikaitkan dengan kebijakan lockdown selama masa penanganan pandemi Covid-19 kini berangsur pulih. Perlahan tapi pasti, produsen minyak serpih akan kembali membuka keran produksi setelah kontrak berjangka minyak jatuh ke wilayah negatif pada April 2020 hingga memicu kejadian PHK dan perlambatan pengeboran dan pembatasan jumlah rig yang beroperasi. Hukum ekonomi berlaku pada harga minyak mentah yang kembali normal, bahkan melambung, seiring dengan permintaan yang kembali normal. Disadur dari Sakina Rakhma Diah Setiawan dalam money.kompas.com pada 22 Mei 2020 #energi #minyakmentah #Covid-19

More
PSI Indonesia: Bersama Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

PSI Indonesia: Bersama Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

Tahun 2020 menjadi momentum bagi PSI Indonesia untuk tampil dengan wajah baru. Kami tampil dengan lebih mengedepankan kaum muda untuk berperan aktif mencapai Agenda SDGs dalam 10 tahun yang akan datang. Kami juga mengajak semua pihak, bersama-sama, mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan melalui aktivitas utama kami dalam riset, konsultasi publik, dan jejaring pengetahuan. Logo baru PSI Indonesia mengadopsi beberapa warna dari agenda pembangunan berkelanjutan. Warna tersebut menjadi simbol fokus sektor PSI Indonesia yang meliputi penataan ruang dan perkotaan, infrastruktur yang mencakup transportasi, energi, air minum dan sanitasi, serta lingkungan. Kolaborasi dan berjejaring menjadi nilai penting bagi PSI Indonesia dalam mendukung kebersamaan untuk mencapai SDG. Nilai ini mendasari seluruh kegiatan dan memungkinkan kolaborasi di antara para pemangku kepentingan – pemerintah, masyarakat sipil, sektor swasta, akademisi dan pemuda. Selamat Hari Kebangkitan Nasional! Selamat Datang di Wajah Baru PSI Indonesia! #PSIIndonesia

More
Peluang Besar Mitigasi Iklim di Masa Pandemi

Peluang Besar Mitigasi Iklim di Masa Pandemi

Emisi karbondioksida telah mengalami penurunan selama wabah pandemi Covid-19 berlangsung. Studi Internasional tentang Emisi Karbon Global telah menemukan bahwa penggunaan emisi karbon harian mengalami penurunan hingga 17% antara Januari dan awal April ini, dibandingkan dengan rata-rata pada tahun 2019, dan diprediksikan akan terus menurun pada kisaran antara 4,4%-8% hingga akhir tahun ini. Angka ini menandai bahwa telah terjadi penurunan emisi karbon terbesar sepanjang tahun. Studi emisi karbon telah dilakukan pada sejumlah 69 negara. Terbatasnya data emisi karbon untuk penggunaan waktu secara nyata membuat para peneliti membangun algoritma mereka sendiri. Mereka menciptakan indeks penurunan berdasarkan beratnya kebijakan pandemi. Dimana angka 0 digunakan untuk mewakili tidak ada kebijakan lockdown selama pandemi dan angka 3 mewakili kebijakan lockdown secara maksimal dengan peraturan tetap berada di rumah dan menutup kegiatan perekonomian. Para peneliti menggunakan metode tersebut dalam memeriksa data harian dari enam sektor ekonomi yang berkontribusi terhadap emisi karbon, termasuk transportasi, penerbangan, industri, dan perdagangan. Indeks penurunan emisi karbon menunjukkan dampak dari adanya kebijakan lockdown yang diterapkan di beberapa negara, sehingga dapat dibuat prediksi untuk perubahan emisi karbon harian. Pengurangan emisi karbon terutama didorong oleh sedikitnya jumlah warga kota yang mengemudi sehingga menurun sebesar 50% pada akhir April ini. Penurunan aktivitas yang paling signifikan juga terjadi dalam penerbangan yang mengalami penurunan sebesar 75%. Dalam hal ini, perlu dilakukan upaya untuk terus mengurangi emisi karbon sebesar 2,6% sesuai dengan target iklim Perjanjian Paris PBB. Jika membandingkan pandemi dengan krisis global terakhir, masa krisis terparah terjadi pada saat adanya guncangan minyak di tahun 1970-an, ketika penurunan dalam jumlah signifikan yang menyebabkan kenaikan harga gas. Guncangan energi mendorong produsen untuk membuat mobil berukuran lebih kecil dengan memanfaatakan energi tenaga surya dan angin. Selain itu, guncangan ekonomi juga terjadi pada masa Resesi di tahun 2008-2009. Emisi karbon secara global mengalami penurunan sebesar 1,4% pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2010, emisi karbon kembali naik 5% seolah-olah tidak terjadi perubahan. Akhir tahun 2020, emisi karbon diprediksikan akan menurun antara 4,4%-8%. Penurunan ini merupakan penurunan paling signifikan yang terjadi dalam lebih dari satu dekade. Namun demikian, hal ini merupakan hasil dari perubahan yang dipaksakan, bukan berasal dari restrukturisasi ekonomi dan energi global. Menurut proyeksi United Nations Environment, untuk menjaga suhu global agar tidak naik lebih dari 1,5 derajat Celcius, maka perlu dilakukan dengan mengurangi emisi karbon sebesar 7,6% setiap tahunnya dan dimulai dari saat ini hingga 2030. Suhu panas harus tetap berada di bawah 2 derajat Celcius yang bertujuan untuk menghindari dampak negatif dari perubahan iklim. Kebijakan lockdown telah menyebabkan perubahan drastis dalam pengurangan emisi karbondioksida. Penurunan emisi karbon sebesar 17% atau 17 juta ton karbondioksida secara global selama puncak lockdown pada awal April 2020 dinilai sebanding dengan jumlah penurunan emisi tahunan yang dibutuhkan dari tahun ke tahun selama beberapa dekade untuk mencapai target iklim Perjanjian Paris PBB. Namun demikian, penurunan emisi secara ekstrem diperkirakan bersifat sementara, karena tidak disertai dengan perubahan struktural dalam sistem ekonomi, sistem transportasi, dan sistem energi. Covid-19 telah membuat warga kota beradaptasi dan membangun standar kehidupan normal baru. Belum dapat diketahui secara pasti bagaimana kebiasaan baru masyarakat akan berubah setelah adanya virus ini. Namun demikian, periode ini dapat menjadi kesempatan untuk mitigasi perubahan iklim yang dimulai dari pola aktivitas masyarakat bahkan dari level individu. Pada tataran masyarakat perkotaan, sektor transportasi diperkirakan telah memberi dampak yang signifikan terhadap perubahan iklim. Pandemi Covid-19 telah melumpuhkan sektor transportasi, masyarakat sejenak menghindari penggunaan transportasi publik, dan lebih memilih untuk bersepeda atau berjalan kaki. Secara bersamaan, pengembangan teknologi transportasi yang ramah lingkungan dapat menjadi alternatif pilihan bagi masyarakat sembari kota membangun sistem mitigasi secara berkelanjutan dari sektor-sektor lainnya. Disadur dari Scottie Andrew dalam edition.cnn.com pada 19 Mei 2020 #iklim #lingkungan #pandemi #covid-19

More
bottom of page