Pendahuluan
Urbanisasi yang pesat di kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk Indonesia, telah menimbulkan berbagai tantangan, terutama terkait lingkungan dan kesehatan. Peningkatan jumlah kendaraan pribadi menjadi salah satu pemicu utama masalah ini, yang berdampak pada memburuknya kualitas udara, kebisingan, dan penurunan kualitas hidup masyarakat perkotaan. Menurut data dari World Health Organization (WHO), polusi udara di kota-kota besar kini menjadi salah satu penyebab utama gangguan kesehatan, termasuk gangguan pernapasan dan kesehatan mental (WHO, 2020). Dalam konteks ini, transportasi berkelanjutan seperti bersepeda, berjalan kaki, serta penggunaan transportasi umum berbasis listrik menawarkan solusi untuk memperbaiki kualitas udara dan mendukung kesehatan mental masyarakat urban.
Peningkatan kendaraan pribadi juga memicu peningkatan kebisingan yang diketahui berkontribusi terhadap peningkatan resiko gangguan mental, termasuk kecemasan dan stres. Ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan perkotaan yang padat dan penuh polusi semakin memperburuk keadaan ini. Oleh karena itu, sistem transportasi yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi dampak negatif dari urbanisasi perlu diprioritaskan sebagai langkah preventif untuk menjaga kesehatan mental masyarakat.
Rujukan Teoritis
Transportasi berkelanjutan merujuk pada moda transportasi yang mampu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, sekaligus mendukung kesejahteraan pengguna. Moda transportasi ini meliputi penggunaan kendaraan berbasis listrik, transportasi umum ramah lingkungan, serta peningkatan penggunaan sepeda dan pejalan kaki sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari.
Berdasarkan penelitian, polusi udara dan kebisingan yang tinggi di perkotaan dapat meningkatkan resiko depresi hingga 20% dan gangguan kecemasan hingga 25% (Roberts et al., 2021). Polusi udara, terutama yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, juga memiliki dampak langsung pada kesehatan fisik yang kemudian berdampak pada mental. WHO mencatat bahwa sekitar 4,2 juta kematian global setiap tahun diakibatkan oleh polusi udara, dan banyak di antaranya disertai dengan efek jangka panjang terhadap kesehatan mental.
Sebaliknya, aktivitas fisik yang dihasilkan dari transportasi berkelanjutan, seperti bersepeda atau berjalan kaki, terbukti mampu menurunkan tingkat stres dan meningkatkan rasa bahagia. Studi yang dilakukan oleh Buehler dan Pucher (2017) menunjukkan bahwa mereka yang secara rutin bersepeda atau berjalan kaki memiliki risiko depresi 15% lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang jarang atau tidak aktif secara fisik. Aktivitas ini berperan sebagai intervensi alami untuk menjaga keseimbangan psikologis, mengurangi stres, dan mendorong gaya hidup sehat di perkotaan.
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak transportasi berkelanjutan terhadap kesehatan mental di kawasan perkotaan, khususnya di Jakarta. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, yang melibatkan survei terhadap 500 responden. Responden dibagi menjadi dua kelompok: pengguna moda transportasi berkelanjutan (seperti pejalan kaki, pengendara sepeda, dan pengguna transportasi umum berbasis listrik) dan pengguna kendaraan pribadi. Survei mengukur tingkat stres, kebahagiaan, dan kualitas hidup dari masing-masing responden. Selain itu, data kualitas udara dan tingkat kebisingan di sepanjang jalur transportasi juga diukur untuk melihat kaitannya dengan kesehatan mental masyarakat.
Pengukuran polusi udara dilakukan dengan menggunakan sensor kualitas udara yang ditempatkan di jalur transportasi yang ramai. Tingkat kebisingan diukur dengan perangkat desibel di area dengan konsentrasi lalu lintas yang tinggi, serta dibandingkan dengan jalur yang lebih tenang, seperti jalur sepeda dan kawasan pejalan kaki. Data ini kemudian dianalisis untuk melihat korelasi antara kualitas lingkungan dan tingkat stres pengguna jalan.
Temuan Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna transportasi berkelanjutan secara signifikan mengalami tingkat stres yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang menggunakan kendaraan pribadi. Dari 500 responden, 70% pengguna transportasi berkelanjutan melaporkan memiliki tingkat stres yang lebih rendah dibandingkan dengan hanya 55% dari pengguna kendaraan pribadi. Selain itu, jalur transportasi berkelanjutan memiliki polusi udara yang lebih rendah rata-rata sebesar 35% dibandingkan dengan jalur kendaraan pribadi.
Buehler dan Pucher (2017) juga menemukan bahwa aktivitas fisik, seperti bersepeda dan berjalan kaki, berkorelasi dengan penurunan risiko depresi. Hal ini sejalan dengan temuan penelitian ini, di mana responden yang secara rutin menggunakan transportasi berkelanjutan menunjukkan peningkatan kebahagiaan yang signifikan. Aktivitas fisik harian yang terlibat dalam moda transportasi ini berperan penting dalam memperbaiki suasana hati dan mengurangi kecemasan.
Selain itu, penggunaan transportasi umum berbasis listrik, seperti bus listrik atau kereta cepat, juga memberikan kontribusi positif terhadap kesehatan mental masyarakat. Moda transportasi ini tidak hanya mengurangi tingkat polusi udara, tetapi juga mengurangi kebisingan di kawasan perkotaan. Dengan semakin meningkatnya adopsi transportasi berkelanjutan, dapat diharapkan terjadi perbaikan pada kualitas lingkungan perkotaan yang berdampak langsung pada kesehatan mental penghuninya.
Ringkasan Temuan
Transportasi berkelanjutan memiliki peran krusial dalam mengurangi dampak negatif urbanisasi terhadap kesehatan mental masyarakat. Penggunaan moda ramah lingkungan seperti sepeda, transportasi umum berbasis listrik, dan berjalan kaki terbukti mampu menurunkan tingkat stres, meningkatkan kebahagiaan, dan memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat perkotaan. Selain manfaat psikologis, transportasi berkelanjutan juga membantu mengurangi polusi udara dan kebisingan, yang merupakan penyebab utama gangguan kesehatan mental di lingkungan urban.
Oleh karena itu, diperlukan dukungan kebijakan dan infrastruktur yang memadai untuk meningkatkan adopsi transportasi berkelanjutan. Pemerintah dan otoritas perkotaan perlu memprioritaskan pengembangan jalur sepeda, trotoar yang nyaman, serta transportasi umum berbasis energi bersih untuk mendukung kesehatan fisik dan mental masyarakat.
Rekomendasi
Pemerintah dan otoritas perkotaan perlu mengoptimalkan jalur sepeda dan pejalan kaki serta meningkatkan pengembangan transportasi umum berbasis listrik untuk mengurangi emisi gas buang dan kebisingan.
Masyarakat harus didorong untuk lebih sering menggunakan moda transportasi berkelanjutan sebagai bagian dari gaya hidup sehat yang mendukung kesehatan fisik dan mental.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengukur dampak jangka panjang dari transportasi berkelanjutan terhadap kesehatan mental dan kualitas hidup di perkotaan.
Korespondensi Penulis
Yudistira Widi Pratomo/yudistiwp@gmail.com
Comments