top of page

Peranan pedestrian untuk meningkatkan konsep pengembangan pembangunan yang terintegrasi

IDENTIFIKASI STUDI KASUS DARI FILIPINA, VIETNAM, DAN INDONESIA

Peranan dan Tantangan yang Dihadapi Pedestrian Kini & Mendatang

Pada tahun 2045 mendatang, diperkirakan 70% penduduk di dunia akan tinggal di perkotaan. Urban mobility atau yang dikenal mobilitas perkotaan akan menjadi suatu tantangan yang besar bagi kota-kota di dunia yang tentunya. Kegiatan berjalan kaki merupakan moda transportasi non-motorized yang paling efisien dan mudah diakses masyarakat, serta tidak menimbulkan dampak negatif, dengan berjalan kaki kegiatan esensial manusia untuk melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat lainnya dapat dilakukan dengan mudah. Dalam perencanaan kota, peruntukan lahan, sistem transportasi, dan sirkulasi pejalan kaki harus dibangun secara sinergis agar menciptakan sebuah kota yang ramah pejalan kaki.

Untuk memahami tantangan- tantangan yang dihadapi dalam menciptakan kota ramah pejalan kaki, sangat penting memberikan gambaran kronologis perkembangan pejalan kaki.

Pada era modern saat ini, mobilitas pejalan kaki di perkotaan tidak menjadi prioritas dalam

pengembangan pembangunan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengalokasikan jalur khusus bagi pejalan kaki disamping berkembangnya infrastruktur transportasi utama. Saat ini, jalur pejalan kaki tidak hanya dapat berupa trotoar, tetapi juga pavement, sidewalk, pathway, maupun plaza dan mall.

 

Indikator untuk merancang kota yang ramah pejalan kaki

Walkable City merupakan konsep sentral dalam kebijakan TOD dimana konsep pembangunan yang memudahkan masyarakat dalam melakukan mobilisasi dan termasuk alternatif perencanaan kota untuk pertumbuhan wilayah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menurunkan biaya transportasi. Melalui Permen PU No. 3 Tahun 2004 tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan telah memberikan ketentuan- ketentuan terkait area pejalan kaki. Jalur pejalan kaki memerhatikan standar kesesuaian ukuran jalur, fungsi, keamanan, serta kemudahan akses oleh pengguna jalan. Berikut beberapa Indikator Walkable city berdasarkan Permen PU No. 3 Tahun 2004 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan :

  1. Mempertimbangkan aspek keamanan, kenyamanan, keindahan, dan kemudahan interaksi sosial bagi semua pejalan kaki termasuk pejalan kaki berkebutuhan khusus;

  2. Menerapkan ¼ bahu jalan dan dapat diakses langsung oleh pejalan kaki;

  3. Melayani pejalan kaki untuk dapat mencapai halte dengan jarak maksimal 400 meter atau dengan waktu tempuh maksimal 10 menit

  4. Memiliki hirarki penggunaan dengan mempertimbangkan volume pejalan kaki.

  5. Memiliki fasilitas untuk membantu mobilitas pengguna jalan, seperti ramp pejalan kaki untuk memberikan kenyamanan dalam berjalan serta membantu pejalan kaki berkebutuhan khusus (disabilitas) agar dapat mudah melintas

  6. Terhubung dengan prasarana jaringan pejalan kaki lain yang berseberangan melalui penyediaan penyeberangan sebidang, jembatan penyeberangan, atau terowongan penyeberangan

  7. Terhubung dengan tempat pergantian moda transportasi seperti halte atau shelter kendaraan umum

  8. Memenuhi standar penyediaan pelayanan prasarana jaringan pejalan kaki dengan bervariasi sesuai dengan ukuran dan dimensi berdasarkan tingkat volume pergerakan di ruang pejalan kaki

  9. Mempertimbangkan tipologi jalur pejalan kaki seusai dengan peruntukan ruang

  10. Menyediakan rambu dan marka yang menyatakan peringatan/petunjuk bagi pengguna jalan jika berpotongan dengan jalur lalu lintas kendaraan

  11. Mempunyai jarak pandang yang bebas ke semua arah,kecuali terowongan

  12. Memperhatikan peruntukan bagi pejalan kaki berkebutuhan khusus dalam perencanaan teknis lebar jalur dan spesifikasi teknik.

(Permen PU No. 3 Tahun 2004 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan)

 

Pearl Project : Pearl Drive Street, M. Manila, Philippines


Pada tahun 2023, Kota di Filipina terdapat satu permasalahan penting terkait dengan adanya isu urban street life, yaitu living space di perkotaan. Hal ini menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagus untuk menciptakan konsep tersebut dan pengembangan komunitas bagi masyarakat Filipina. Salah satunya, kawasan Pearl Drive dikenal sebagai jalanan perkotaan di Kota Pasig, Filipina. Kawasan ini memiliki karakteristik dengan adanya jalan dua jalur dengan panjang sekitar 500 m, tinggi bangunan komersial sebesar 136 lantai, vertical housing yang sebagian besar bertingkat tinggi, 6 hotel dalam jarak 50 meter dari jalan raya, 1 universitas dengan lebih dari 2.000 pelajar, 2 supermall dan pusat kereta berjarak lima belas menit berjalan kaki. Adanya karakteristik tersebut, diyakini kawasan Pearl Drive memiliki potensi kerumunan yang tinggi karena terdapat sirkulasi pengguna yang digunakan sebagai jalan umum baik untuk transportasi maupun pejalan kaki setiap harinya. Permasalahan ini dikuatkan dengan adanya kawasan Pearl Drive belum memiliki jalur pejalan kaki yang layak karena hanya terdapat blok kecil seperti trotoar yang lebarnya tidak dapat menampung pejalan kaki. Selain itu, adanya parkir liar mobil pada kawasan tersebut juga mengganggu pengguna jalan dan estetika kota. Oleh karena itu, adanya dikenal sebagai Pearl Project hadir untuk mengembangkan aktivitas berjalan kaki dan hampir mendapatkan 6.500 suara serta bekerja sama dengan pemerintah Kota dan Ortigas Land. Pearl Project bekerja sama dengan PGAA Creative Design, firma arsitektur lanskap, dengan membuat rencana pengembangan kawasan Pearl Drive dengan konsep membangun taman dan perbaikan fasilitas sekitarnya. Harapan dengan adanya implementasi rencana tersebut dapat menyejahterakan setiap pengguna jalan di Kawasan Pearl Drive.

“A city’s street shouldn’t just be safe, they should also pleasureable. Pearl has what it takes to become a great street.But to achieve this future,Pearl Drive has to change.It has to put peoplefirst”

Dr. Philip Samuel Z Peckson, Ph.D

Assistant Professor at The University of Asia and the Pacific

 

Jalur Pedestrian di Jalan Kota Ho Chi Minh, Vietnam

Kota Ho Chi Minh cukup mudah dilaluidengan berjalan kaki, karena kotanya tidak terlalu besar. Selain itu Kota Ho Chi Minh merupakan pusat perekonomian dan hiburan kota, serta kota terbesar di Vietnam dengan jumlah pendudukhampir 9 juta jiwa dan selalu bertambah setiap tahunnya. Kota ini menjadi lokasi strategis karena terdapatkantor pemerintahan yang memiliki gedung - gedung menjulang tinggi dan terkonsentrasi. Jalanan di Kota Ho Chi Minh terkenal penuh dengan pengendara sepeda motor sehingga bisa jadi cukup menakutkan bagi pengunjung yang baru pertama kali berkunjung. Oleh karena itu, timbul permasalahan ketimpangan ruang bagi masyarakat, khususnya untuk pengembangan jalur pedestrian. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat yang tidak memiliki mobil atau alat transportasi lainnya tidak dapat berlalu lalang ke suatu tempat denganmudah.

Adanya permasalahan tersebut, ISCM (Institute of Smart City and Management) selaku pihak yang mengembangkan proyek dan penelitian yang berkaitan dengan Simulasi Perkotaan, Realitas Virtual, Program menuju strategi Kota Cerdas di Vietnam menggagas tiga lokasi pejalan kaki yang direvitalisasi untuk pengembangan jalur pedestrian yang berkelanjutan, yaitu Nguyen Hue Street, Book Streetz, dan Bui Vien Street. Jalan Nguyen Hue yang sebelumnya merupakan kanal air, akhirnya berubah menjadi jalur pejalan kaki pertama di Kota Ho Chi Minh yang didesain dengan lebar 64 m dan panjang 670 m serta menampilkan beberapa atraksi di jalan ini seperti live music, water feature, public space, sanitasi, dan fasilitas terbaru.kawasan ini juga dilengkapi dengan kedai kopi dan menghadirkan kegiatan masyarakat Vietnam seperti perayaan tradisi lokal. Bui Vien Street, tepatnya di Kota Saigon digagas sebagai lokasi perayaan atau pesta bernuansa western street oriented di malam hari karena keramaian multietnis yang cukup populer. Kawasan pada jalan ini terdapat fasilitas seperti bar, kedai, hotel, pusat perbelanjaan, dan lainnya. Sebaliknya dari Bui Vien Street, terdapat kawasan Book Street yang berjarak 3 km dari Bui Vien Street telah dikembangkan di Kota Ho Chi Minh dengan konsep unik, yaitu bazar buku dan area pameran. Kawasan ini menjadi yang pertama di Vietnam dengankonsep ruang terbuka publik. Setiap orang dapat merasakan dan menikmati budayamembaca di Jalan Buku Kota Ho Chi Minh. Dari digagasnya ketiga lokasi tersebut, pemerintah dapat meningkatkan budaya berjalan kaki yang ramah lingkungan, interaktif, dapat meningkatkan perekonomian, dan mendukung acara komunitas dan seni. Beberapa hal harus diperhatikan dalam pengembangan kegiatan di jalur pedestrian di Vietnam seperti keamanan wisatawan, waktu wisata, kualitas fasilitas dan area parkir dengan menerapkan desain lanskap, pemeliharaan furnitur, dan aktivitas masyarakat setempat.

 

Revitalisasi Infrastruktur Jalan di Sudirman, Indonesia

Bertambahnya kendaraan bermotor di Kota Jakarta untuk moda transportasi sehari-hari, diyakini sebagai salah satu biang memburuknya kualitas udara perkotaan. Oleh karena itu, perlu ada kebijakan besar yang mampu mendorong masyarakat untuk lebih sering menggunakan kendaraan umum, mengayuh sepeda,maupun berjalan kaki. Hal ini sejalan dengan ide revitalisasi infrastruktur jalan di Kota Jakarta yang berfokus memberi ruang untuk pejalan kaki. Salah satunya, Kawasan Jalan Sudirman merupakan kawasan yang sering dilalui oleh pengguna jalan dan angkutan, termasuk pejalan kaki. Sejak awal tahun 1980-an hingga awal tahun 2000-an, penyediaan fasilitas sirkulasi di kawasan ini, yakni berupa ruang pejalan kaki yang masih kurang memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Ide revitalisasi Jalan Sudirman secara konseptual muncul pada tahun 1981 dengan adanya perencanaan infrastruktur jalan oleh Dinas Pertamanan dan DPUPR. Pejalan kaki menjadi fokus perencanaan sepanjang kawasan Sudirman- MH.Thamrin, Jakarta. Tata jalan ibu kota saat ini mengembangkan konsep transportasi aktif dan transit yang berfokus pada jalur pedestrian dan pesepeda.

Revitalisasi jalan pedestrian Sudirman berfokus pada trotoar yang dibangun lebih lebar dengan ukuran antara 8-12 meter dan didesain ramah bagi penyandang disabilitas, anak-anak hingga lansia. Di sepanjang trotoar itu disediakan jalur sepeda, jalur khusus difabel, ruang hijau, ruang aktualisasi seni budaya hingga 'walk of fame' bertuliskan nama para mantan atlet berprestasi. Revitalisasi trotoar dilakukan untuk mendukung program integrasi angkutan umum dan pengendalian kualitas udara di Jakarta. Selain itu, adanya integrasi jalur pedestrian dan transit transportasi umum seperti MRT, Trans Jakarta, dan KRL di Jakarta dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) saling terhubung agar orang - orang dapat berlalu lalang dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah. Pada saat ini, trotoar yang dapat dilalui pejalan kaki dan halte angkutan umum hanya tersedia di jalan utama, sedangkan trotoar yang menghubungkan kawasan perumahan dengan jalan utama kondisinya kurang layak dan banyak digunakan sebagai tempat jajanan kaki lima atau tempat parkir. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat memberikan konektivitas sirkulasi lebih layak terkait kualitas dan jumlah trotoar yang memadai diperlukan agar transportasi umum bisa menjadi pilihan utama masyarakat Jakarta untuk bepergian.


Korespondensi Penulis

Muhammad Firdaus/ firdausdanoe@gmail.com


Research Brief Walkability 2023 (1) (1)
.pdf
Unduh PDF • 17.86MB

80 tampilan0 komentar
bottom of page